Wah, Plasenta Lepas!



Lepasnya plasenta termasuk kasus gawat, dan dokter mesti segera melakukan tindakan.

Lepasnya ari-ari (solusio plasenta) dari tempatnya yang normal, yaitu di dinding rahim bagian atas, kebanyakan terjadi pada kehamilan trimester ketiga. Namun, ada juga yang terjadi sebelum kehamilan berusia 20 minggu.

Ada tiga bentuk gangguan ini. Yakni, seluruh ari-ari terlepas (solusio plasenta totalis), sebagian ari-ari terlepas (solusio plasenta parsialis), atau sebagian kecil dari pinggiran ari-ari terlepas (ruptura sinus marginalis).

Ada 3 tingkatan

Dilihat dari berat ringannya, kasus ini bisa dibagi jadi 3 tingkatan, dan masing-masing memiliki gejala sendiri.

* Solusio plasenta ringan: lepasnya sebagian kecil ari-ari. Gejalanya, perut terasa sedikit sakit, rahim terasa agak tegang, darah yang keluar sedikit berwarna kehitaman.

* Solusio plasenta sedang: ari-ari telah terlepas lebih dari seperempatnya. Gejalanya, perut terasa sakit, rahim tegang terus-menerus, dan keluar darah dari vagina. Meski darah nampaknya sedikit, tetapi sebenarnya telah terjadi perdarahan cukup hebat di ‘dalam’ (sekitar 1000 ml). Dalam kondisi ini, si ibu jatuh syok (kehilangan kesadaran), janin mungkin telah meninggal, walau dalam beberapa kasus ditemukan janin masih hidup tapi kondisinya gawat.

* Solusio plasenta berat: ari-ari telah terlepas lebih dari 2/3 bagian. Biasanya ibu telah syok dan janin meninggal. Rahim kalau diraba terasa sangat tegang dan terasa nyeri. Mungkin saja tidak terjadi perdarahan lewat vagina, karena telah terjadi kelainan pembekuan darah.

Apa akibatnya?

Kasus ini termasuk berat. Akibat dari lepasnya plasenta, si ibu bisa meninggal, janin meninggal, dan terjadi pembekuan darah. Umumnya, janin yang masih dapat diselamatkan adalah hanya pada kasus solusio plasenta ringan.

Meski penyebabnya sampai kini belum diketahui dengan pasti, tetapi diduga karena:
· Usia ibu waktu hamil di atas 35 tahun.
· Kurangnya asam folat.
· Penyakit darah tinggi menahun.
· Pre-eklampsia (gejala keracunan kehamilan).
· Tali pusat pendek.

Gejala plasenta terlepas memang sering rancu dengan kasus plasenta menutupi jalan lahir (plasenta previa). Tetapi yang membuat dokter curiga kalau hal ini plasenta terlepas adalah, gejala rahim yang terasa tegang terus-menerus dan darah yang keluar berwarna kehitaman. Sementara pada kasus plasenta previa, darah yang keluar berwarna merah segar. Karena itu, untuk memastikan dan menegakkan diagnosis, dokter akan melakukan pemeriksaan lewat Ultrasonografi (USG).

Tergantung kasus

Penanganan solusio plasenta amat tergantung dari berat ringannya kasus.

* Solusio plasenta ringan. Apabila terjadi si usia kehamilan kurang dari 36 minggu dan perdarahannya berhenti, si ibu tidak merasakan sakit perut, ia akan dirawat di rumah sakit dengan pengawasan yang ketat. Tetapi, bila perdarahan terjadi terus-menerus dan lewat USG terlihat makin banyak bagian plasenta yang lepas, maka dokter akan melakukan tindakan mengakhiri kehamilan. Namun, bila diketahui janin masih hidup, dokter akan melakukan operasi caesar untuk menyelamatkannya. Bila janin meninggal, ketuban akan dipecahkan dan ibu diinfus agar janin bisa segera dilahirkan.

* Solusio plasenta sedang dan berat. Dokter biasanya akan melakukan:
· Transfusi darah untuk si ibu.
· Segera memecahkan ketuban dan diberi infus oksitosin untuk mempercepat persalinan.
· Apabila lewat cara tadi persalinan tidak kunjung terjadi, dokter akan melakukan operasi caesar agar plasenta yang lepas tadi dapat segera diatasi dan nyawa ibu terselamatkan!

Laila Andaryani Hadis

Konsultasi ilmiah: dr. I.P.G Kayika, SpOG, POGI Jaya, Divisi Ginekologi Sosial, Departemen Obstetri & Ginekologi, FKUI/RSUPN Cipto Mangunkusumo, Jakarta.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar