Oleh: Edwin J. Bernard, aidsmap.com |
Kemungkinan ibu HIV-positif mengalami keguguran saat hamil tua tampaknya antara dua dan empat kali lebih tinggi dibandingkan ibu HIV-negatif. Hal ini berdasarkan peninjauan secara retrospektif rekam medis dari sebuah klinik HIV di London timur yang dipresentasikan dalam konferensi tahunan British HIV Association (BHIVA) ke-14 pada April 2008 di Belfast.
Penelitian pada 2004 di Uganda menemukan bahwa risiko keguguran adalah lima kali lebih tinggi pada infeksi HIV tidak bergejala dibandingkan pada ibu HIV-negatif. Namun walaupun jumlah ibu hamil yang HIV di Inggris semakin meningkat, pada 2007, 794 ibu HIV-positif diketahui hamil, hanya ada sedikit data tentang keguguran pada ibu HIV-positif.
Oleh karena itu para peneliti dari Homerton University Hospital di London timur melakukan peninjauan secara retrospektif terhadap rekam medis ibu HIV-positif yang mengunjungi klini k pralahir antara 2000 dan 2007, mengamati tingkat keguguran saat hamil tua.
Para peneliti meneliti keguguran saat hamil tua - didefinisikan sebagai 14 minggu atau lebih - karena kurang lebih 25% dari seluruh keguguran terjadi pada triwulan pertama, sering kali tidak terdeteksi dan banyak ibu tidak datang untuk perawatan pralahir sebelum 14 minggu.
Ada 242 kehamilan selama masa penelitian, 19 kehamilan (pada 18 ibu) berakhir dengan keguguran: rasio 8%.
Ciri-ciri para ibu
Usia ibu yang mengalami keguguran saat hamil tuaberkisar antara 23,3 dan 39,4 tahun, dan usia rata-rata adalah 31,6 tahun.
Semua kecuali empat ibu (78%) lahir di Afrika sub-Sahara dan 11 ibu (61%) tidak jelas status keimigrasiannya. Sebagai tambahan, tujuh (39%) tercatat memiliki masalah psikologis, misalnya kekerasan oleh pasangannya dan kesulitan keuangan yang berat. Para peneliti mencatat “Hal ini adalah pencerminan hubungan yang rumit antara HIV, migrasi dan jender yang sering merupakan kerentanan masalah sosial berat.”
Sedikit lebih dari separuh ibu (10; 56%) baru didiagnosis HIV waktu kehamilan ini dan sebagian besar (74%) memiliki penyakit HIV tidak bergejala. Jumlah CD4 rata-rata adalah 327 dan jumlah CD4 rata-rata waktu keguguran adalah 393. Sebagian besar ibu memiliki viral load HIV sedang (38% di bawah 400, 56% antara 400dan100.000).
Hampir separuh (8; 42%) ibu memakai ART (dua memakai ART berbasis NNRTIdan enam memakai ART berbasis PI). Separuh ibu memakai ART sebelum hamil dan separuh lainnya setelah menjadi hamil.
Delapan (42%) ibu sebelumnya pernah mengalami keguguran. Dua ibu tercatat merokok dan tiga koinfeksi virus hepatitis B, tetapi tidak ada riwayat penggunaan narkoba suntikan atau alkohol berat pada ibu manapun.
Data kematian janin
Lima belas kematian adalah karena keguguran saat hamil tua, dan empat karena kematian dalam kandungan.
Usia kehamilan saat keguguran berkisar antara 14 dan 39 minggu, dengan median 18 minggu.
Sejumlah 14 ibu menyetujui pemeriksaan jenazah, yang sebagaian sangat besar (10; 70%) menunjukkan penyebab kematian adalah korioamnionitis (peradangan selaput yang menutupi janin) umumnya disebabkan oleh infeksi bakteri yang menyebar dari bagian rahim-vagina.
Penelitian sebelumnya memberi kesan peningkatan risiko korioamnionitis dikaitkan dengan vaginosis bakteri pada kehamilan HIV-positif, walaupun hal ini umumnya dikaitkan dengan penularan pada janin di dalam kandungan.
Walau penyebabnya belum jelas, para peneliti mengatakan, diperkirakan bahwa dampak penekanan kekebalan terhadap HIV dan kehamilan secara kumulatif mungkin mengakibatkan peningkatan penyebaran infeksi vagina.
Disarankan skrining kesehatan seksual
Hanya enam dari sepuluh ibu yang penyebab kematian janinya adalah karena korioamnionitis, sebelumnya pernah melakukan skrining kesehatan seksual waktu hamil (walaupun tidak ditemukan infeksi pada keenam ibu ini).
Para peneliti mencatat bahwa dari semua keguguran, skrining kesehatan seksual hanya dilakukan pada 53% kasus, dan mereka menunjukkan bahwa pedoman BHIVA saat ini menyarankan semua ibu diskrining terhadap infeksi menular seksual (IMS) sedini mungkin saat memasuki masa kehamilan.
Walaupun tidak ada kelompok kontrol pembanding sehingga mempersulit para peneliti untuk mengambil kesimpulan, mereka mencatat bahwa rasio keguguran 8% adalah “tinggi”, karena rasio pada populasi umum yang HIV-negatif adalah 2%, dan 4% pada ibu HIV-negatif di London timur.
Penelitian mereka menyoroti bahwa ibu dengan HIV mungkin lebih berisiko tinggi terhadap keguguran dibandingkan populasi umum. Tetapi mengapa hal ini terjadi tidak jelas, dan mereka mengakhiri dengan mengusulkan pengumpulan data prospektif skala besar tentang HIV dan keguguran pada “wilayah yang kurang diteliti ini.”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar