Ikatan Sejati Orang Tua & Buah Hati



Anda ingin memiliki hubungan yang berkualitas dengan si buah hati? Sebaiknya Anda mulai berkomunikasi sejak si kecil masih di kandungan.

Semuanya bermula dari prakonsepsi. Kita semakin mendengar penjelesan atau teori bahwa sifat seorang anak, atau hubungannya dengan orang tua, ditentukan dari saat sebelum ia dilahirkan. Ternyata, soal komunikasi pun begitu. Ada yang bilang, bahkan ketika masih berbentuk janin, kepribadian si kecil sudah mulai terbentuk. Jadinya ikatan antara orang tua dan anak harus mulai dibina mulai dari titik itu juga.

Mambangun “dialog” prakonsepsi

Jeanne Magagna , kepala penelitian terhadap bayi-bayi baru lahir di Klinik Travistock, Inggris, menemukan bahwa komunikasi antara ibu dan si buah terjadi justru dimulai sebelum pembuahan (prakonsepsi). Magagna menemukan bahwa “dialog” tersebut terutama terjadi pada hal-hal yang berkaitan dengan bagaimana sikap dan pandangan ibu termasuk di tataran bawah sadarnya, terhadap kehadiran anak.

Magagna menekankan pengaruh berbagai pertanyaan dalam diri si ibu di masa prakonsepsi. Misalnya saja, apakah si ibu menginginkan kehadiran anak untuk dicintai, atau untuk melepas kecemasannya semata? Apakah dia merasa nyaman dengan dirinya sendiri dan menginginkan kehadiran bayi didasarkan pada kasih sayang? Adakah kemungkinan si ibu kelak menyakiti bayinya setelah lahir? Semakin positif jawaban si calon ibu, semakin positif pula pengaruhnya pada komunikasi si ibu dan anaknya kelak.

Belajar berinteraksi

Studi yang dilakukan Magagna menggunakan ultrasonografi (USG) menunjukkan, janin telah memiliki kepribadian sejak hadir dalam rahim. Janin dapat mencium, mendengar dan merasa sakit. Bahkan Magagna mengatakan janin dapat bermimpi dan mengenali aktivitas ibu yang berbeda-beda, termasuk interaksinya dengan ibu dan ayahnya.

Kecemasan , kemarahan serta kebahagiaan orang tua juga ditangkap janin, dan ini mempengaruhi pembentukan kepribadian janin menjadi lebih “sempurna” sebelum ia lahir.

Untuk merasa aman, beberapa saat sesudah lahir, bayi sudah menemukan cara-cara mengatasi ketakutan dan kecemasannya. Misalnya, mengisap ibu jari, menatap cahaya secara konstan atau meremas jemari kedua tangannya.

Ketika orang tua memberikan kasih sayang dengan memberi belaian dan pelukan hangat setelah bayi lahir, saat inilah ia belajar membangun kelekatan ( attachment ) dengan ibu dan ayah. Kondisi inilah yang mendukung anak untuk belajar berinteraksi dengan orang lain secara spontan.

Mengobati “luka batin”

Dari beberapa kongres di bidang ikatan emosi orang tua dan anak, terbentuk sebuah kelompok studi Bonding Psychotherapy (psikoterapi ikatan emosi) atau disingkat BP. Kelompok ini berupaya mengatasi “luka batin” anak-anak yang terjadi akibat tidak terjalinnya ikatan dan kelekatan yang memberi rasa aman sejak prakonsepsi, selama kehamilan dan di masa bayi.

Melalui konsultasi dan pelatihan orang tua dan anak, BP berupaya membantu kliennya mengubah “dialog” keliru yang terlanjur terbentuk. Klien diajarkan saling mempercayai, membentuk rasa aman, membantu membangun pengenalan diri, mengatasi gangguan emosi dan mengubah sikap dan pandangan negatif menjadi positif. Sikap dan pandangan positif menjadi dasar dari proses terapi. Hasilnya, dalam satu tahun lebih, ikatan emosi orang tua dan anak jadi lebih baik.

Andi Maerzyda A.D. Th.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar