Menyambut Hadirnya si Buah Hati


Berbagai hal perlu dilakukan untuk mengatur keuangan keluarga sehubungan dengan kelahiran si buah hati. Lebih baik lagi, tentu, bila Anda dapat melakukannya sejak masa istri mengandung, bahkan sebelumnya. Yang pasti, mengelola keuangan berarti menuntut kejelian Anda dan pasangan agar tidak lebih besar pasak daripada tiang saat si kecil lahir . Bagaimana caranya?

Bagi sebagian pasangan suami-istri, keputusan untuk mempunyai anak bisa didasarkan pada kondisi keuangan. Hal ini jelas karena kesejahteraan anak menuntut tersedianya sejumlah uang.

Dimulai sejak istri mengandung, kantong biaya kesehatan bulanan mungkin saja membengkak. Biaya persalinan mungkin juga membengkak, tidak sesuai rencana anggaran semula, mengingat kondisi persalinan yang dapat berubah tiba-tiba.

Bila memang demikian keadaannya, pengelolaan keuangan macam apa yang perlu dilakukan? Apakah perlu mengurangi pengeluaran? Bila perlu, pengeluaran yang mana? Perlukah meningkatkan penghasilan? Bagaimana pula cara memperoleh penghasilan tambahan?

Uang, Dari Mana Datangnya & Ke Mana Perginya?

Saat sepasang suami-istri menanti hadirnya anak, selain dituntut matang secara emosi, mereka pun diharapkan semakin bijak dalam mengelola keuangan keluarga. Apa yang perlu Anda berdua perhatikan?

Bagi pasangan suami-istri, kehadiran anak pertama mengandung implikasi bagi keuangan keluarga. Untuk berlangsungnya kehidupan anak, memang dibutuhkan uang. Karenanya, kelahiran anak memang akan memperbesar pengeluaran keuangan keluarga. Selain kebutuhan dasar seperti popok atau baju bayi dan berbagai perlengkapan lainnya – yang mau tak mau Anda mesti membeli yang baru - susu dan makanan tambahan; kelanjutan pengasuhan anak bila ibu kembali bekerja pun butuh biaya. Karena, kita perlu mengambil tenaga pengasuh untuk merawat anak. Kalaupun sang ibu tidak akan kembali bekerja, penghasilan keluarga pun berkurang karena sumber pemasukan hanya dari suami.

Bila demikian kondisinya, pasangan suami-istri memang perlu meninjau kembali keuangan mereka saat memutuskan hendak memiliki anak. Apalagi, dengan semakin bertambahnya usia anak, pengeluaran untuk kebutuhan anak pun akan semakin meningkat.

Penghasilan Anda, siapa yang mengusahakan

Dari mana datangnya penghasilan keluarga merupakan salah satu tema penting dalam mengelola keuangan keluarga, karena besarnya uang masuk akan mempengaruhi besarnya uang yang akan dikeluarkan.

Penghasilan adalah gaji tetap yang diterima setiap bulan. Apakah suami- istri itu sebagai pegawai, wirausahawan, atau menanam modal di sebuah perusahaan tertentu, dan dari sumber tersebut mendapat penghasilan secara tetap setelah dipotong pajak. Sementara, bonus dan pembagian keuntungan perusahaan tidak termasuk dalam kategori penghasilan.

Umumnya, pasangan masa kini memiliki double income , pendapatan ganda. Suami dan istri sama-sama bekerja untuk memenuhi kebutuhan hidup. Inilah yang kerap disebut double income, pendapatan ganda .

Pasangan suami-istri yang sama-sama bekerja, umumnya, memiliki pola pengeluaran tertentu yang sudah menjadi gaya hidup mereka. Bagi pasangan yang pada awal pernikahan tidak mempunyai perencanaan keuangan, cara mereka mengeluarkan uang cenderung masih seperti ketika belum menikah. Pola pengeluaran yang sudah menetap ini agak sulit diubah ketika mereka, mau tidak mau, harus melakukan beberapa penyesuaian sehubungan dengan rencana memiliki anak.

Kelahiran anak mengubah segalanya

Saat sepasang suami-istri menanti hadirnya si buah hati, berbagai hal dituntut dari keduanya. Mereka tak hanya dituntut matang dari segi emosi, yang dibutuhkan bagi pengasuhan anak, tetapi juga dituntut semakin matang dan bijak dalam mengelola keuangan keluarga. Yang utama, dengan lahirnya anak, suami-istri memang harus mengubah prioritas pengeluaran.

Uang tidak berdiri sendiri. Uang sangatlah tergantung pada seluruh faktor kehidupan kita. Uang merupakan bagian integral kelangsungan hidup kita sebagai manusia dan keluarga. Pengelolaan keuangan yang buruk akan menjauhkan keluarga dari cita-cita yang hendak mereka raih. Misalnya, memasukkan anak ke sekolah yang baik, memberi jaminan kesehatan yang memadai, serta tetap mempunyai biaya jaminan hidup untuk hari tua.

Seberapa besar biaya yang diperlukan bagi anak? Hal ini tentu berbeda pada tiap keluarga. Namun, perkiraan dan perhitungan untuk hal ini perlu dibuat.

Mencermati Pengeluaran Tak Terduga

Berbagai kemungkinan pengeluaran keuangan perlu Anda pertimbangkan sehubungan dengan kelahiran si buah hati. Apa sajakah itu?

Setiap orang menginginkan segala sesuatu berjalan lancar. Awalnya, tentu, kesehatan yang baik untuk mendukung kehamilan yang prima serta proses melahirkan yang lancar tanpa gangguan pada ibu dan bayi yang dilahirkan.

Anda memang diharuskan menjaga kesehatan demi Anda sendiri dan si buah hati. Tetapi, kemungkinan terburuk yang mungkin terjadi pun perlu Anda perhitungkan. Karena, hal ini tentunya akan mempengaruhi besarnya pemasukan ataupun pengeluaran keuangan keluarga. Misalnya, harus melahirkan melalui operasi Caesar padahal sejak awal Anda berencana melahirkan secara normal. Atau, karena satu dan lain hal ibu tidak bisa kembali bekerja setelah kelahiran si buah hati. Misalnya, gangguan pada proses kelahiran atau gangguan pada bayi yang dibawa sejak dalam kandungan, tentu, membutuhkan perawatan intensif. Orang yang paling diharapkan untuk mendampingi proses ini tentulah si ibu yang terpaksa meninggalkan pekerjaannya. Peristiwa ini tentu membutuhkan penyesuaian dalam hal keuangan.

Kemungkinan berikutnya adalah kesepakatan bersama bahwa ibu tidak akan kembali bekerja setelah melahirkan. Tak dapat disangkal, ada sebagian ibu yang enggan kembali bekerja setelah melahirkan karena khawatir anak tidak memperoleh pengasuhan yang tepat dari pengasuh yang sudah dipekerjakan.

Ketiga kondisi di atas memungkinkan terjadinya pengurangan yang drastis pada penghasilan keluarga. Karena, ibu yang bekerja umumnya mendapat tunjangan kesehatan bagi diri dan anak dari instansi tempatnya bekerja. Tunjangan ini akan hilang begitu ibu berhenti bekerja.

Mengubah standar hidup dan tentukan prioritas

Sama seperti memutuskan untuk kembali bekerja, memutuskan untuk tidak kembali bekerja bagi ibu setelah melahirkan pun cukup berat. Ada orang yang memandang pekerjaan sebagai bagian integral dari identitas dirinya. Ini menyangkut masalah self-image, citra diri, dan dinamika rumah tangga. Para ibu yang biasa bekerja di luar rumah, telah akrab dengan lingkungan pekerjaan, teman-teman dan pengambilan keputusan yang dapat dilakukan sewaktu-waktu.

Ketika para ibu ini berada di rumah, ia justru berada di lingkungan yang mungkin tidak begitu diakrabinya; seperti pembantu rumah tangga, para tetangga, pekerjaan rumah tangga dan keputusan yang dibuat selalu harus memperhitungkan anggota keluarga yang mungkin terlibat.

Keberatan kedua, para ibu yang tidak kembali bekerja ini harus menyesuaikan diri dengan kondisi keuangan yang sama sekali berbeda dari sewaktu mereka masih memperoleh gaji tetap setiap bulan.

Dalam keadaan penghasilan yang hanya diusahakan oleh satu orang, yang penting dilakukan adalah menentukan standar hidup yang masuk akal. Mula-mula, yang perlu dilakukan adalah membuat daftar kebutuhan bulanan yang harus dibayar, misalnya;

- Telepon di rumah & 2 buah telepon seluler
- Gas
- Surat kabar
- Listrik
- Transportasi (Bensin, pemeliharaan kendaraan & asuransi kendaraan)
- Gaji Pembantu Rumah tangga
- Pemeliharaan kesehatan (termasuk fitness )
- Hiburan
- Pakaian

Mungkin daftar ini masih bisa lebih panjang. Dengan kehadiran si kecil, daftar itu dapat ditambah dengan diapers, pakaian bayi, mainan dan lain-lainnya. Margaret Allen, penulis Money & Marriage Family Finance, menyarankan agar ibu yang berhenti bekerja untuk mengasuh anak di rumah juga mendapat ‘gaji’ yang besarnya tergantung kesepakatan pasangan itu.

Immanuella F.Rachmani
Konsultan: Margaretha Harsono, SE, ME
Staf pengajar tetap pada Fakultas Ekonomi Unika Atma Jaya - Jakarta

source : www.ayahbunda-online.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar