HIV dan malaria kronis pada kehamilan meningkatkan risiko tetanus pada ibu dan bayi

Oleh: C. Vidyashankar, MD, Reuters Health

Infeksi HIV dan malaria kronis selama kehamilan mengakibatkan penurunan antibodi antitetanus pada ibu dan janin. Akibatnya adalah peningkatan risiko tetanus. Hal ini berdasarkan hasil penelitian dari Kenya.

Dr. Felicity Cutts di London School of Hygiene dan Tropical Medicine dan tim dari Inggris dan Kenya menganalisis titer antibodi antibody memakai tes ELISA pada 704 ibu dan serta pada darah di tali plasenta bayi yang baru dilahirkan.

Riwayat vaksinasi tetanus sebelumnya dan status HIV ibu ditentukan, dan biopsi plasenta terhadap malaria juga dilakukan.

Infeksi HIV terdeteksi pada 12 persen perempuan, malaria plasenta pada 44 persen, dan 7 persen adalah positif terhadap keduanya, para peneliti melaporkan. Empat puluh empat (6 persen) perempuan belum pernah divaksinasi terhadap tetanus selama kehamilan.

Di antara pasangan ibu-bayi, 5,3 persen ibu dan 7,8 persen bayi yang baru lahir adalah seronegatif terhadap tetanus, para peneliti melaporkan dalam Journal of Infectious Diseases edisi 15Agustus 2007. Tidak divaksinasi tetanus, infeksi HIV, malaria plasenta, malnutrisi, usia yang lebih muda dan parity (jumlah kali ibu melahirkan janin dengan usia 24 minggu atau lebih) yang lebih rendah dikaitkan dengan peningkatan odds secara bermakna terhadap status tetanus negatif dalam darah ibu, para peneliti menemukan.

Titer antibodi tetanus rata-rata yang disesuaikan secara geometri adalah kira-kira 50 persen lebih rendah di antara bayi yang dilahirkan dari ibu yang HIV-positif dan di antara bayi yang ibunya mempunyai malaria plasenta aktif-kronis atau pernah, para peneliti melaporkan. Bayi yang lahir dari ibu yang tidak divaksinasi dan yang terlahir prematur juga mempunyai tingkat antibodi tetanus yang lebih rendah, para peneliti menambahkan.

Sementara infeksi HIV mengakibatkan penekanan kekebalan dan tingkat antibodi yang lebih rendah, malaria plasenta menurunkan penyebaran antibodi pelindung melalui plasenta, para peneliti menduga.

Skrining terhadap antibodi tetanus secara rutin pada ibu yang HIV-positif atau ibu dengan malaria kronis tidak disarankan, Dr. William Moss dari Johns Hopkins Bloomberg School of Public Health dan penulis tajuk rencana terkait mengatakan pada Reuters Health.

“Sumber daya lebih baik diberikan untuk memastikan bahwa semua ibu dalam usia subur divaksinasi secara tepat melalui pemberian toksoid tetanus secara rutin sebanyak lima kali untuk seumur hidup dan melalui kampanye vaksinasi secara massal,” Dr. Moss menyarankan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar