Keguguran? Jangan Pesimis!



Keguguran bukan akhir segalanya. Masih terbuka, kok, kemungkinan untuk hamil dan melahirkan bayi yang sehat!

Tidak ada seorang calon ibu pun yang ingin keguguran. Karena, apapun penyebabnya, keguguran pasti menimbulkan perasaan sedih dan kehilangan. Bahkan, sering pula keguguran memicu rasa bersalah, terutama pada kehamilan pertama yang amat dinanti-nantikan. Perlukah Anda terus-menerus didera rasa bersalah, apalagi sampai takut hamil lagi? Kenapa sih , keguguran bisa terjadi?

Trimester pertama yang rawan

Batasan yang dianggap keguguran alias abortus spontan adalah kehamilan yang berakhir sebelum usia 20 minggu. Sayangnya, ada juga calon ibu yang keguguran tanpa menyadari bahwa dirinya sedang hamil. Inilah yang dialami oleh Rowiena Sahertian (lihat boks).

Mungkinkah keguguran terjadi di atas usia 20 minggu? “Itu bukan lagi keguguran. Karena, diagnosisnya beda sekali. Biasanya, perdarahan yang terjadi saat usia kehamilan setelah 20 minggu adalah akibat solusio plasenta atau lepasnya sebagian atau seluruh plasenta,” tutur dr. Ali Sungkar, Sp.OG , dari Subbagian Feto Maternal, Bagian Obstetri dan Ginekologi, FKUI/RSUPN Cipto Mangunkusumo, Jakarta.

Keguguran dapat dibedakan jadi beberapa jenis (lihat boks “Kenali Jenis-jenis Keguguran”). Bisa tidaknya kehamilan diselamatkan sangat ditentukan oleh jenis kegugurannya. “Misalnya, pada abortus imminens, keluhan pertamanya adalah perdarahan disertai mulas. Kehamilan ini masih bisa dipertahankan asal dilakukan tindakan, antara lain bedrest . Anda tidak wajib dirawat di rumah sakit. Cukup istirahat di rumah saja. Sementara pada abortus inkomplet, perdarahan terus terjadi dari tempat implantasi, sehingga harus segera dilakukan evakuasi alias pengeluaran jaringan. Dengan begitu, perdarahan bisa berhenti. Hanya saja, ini juga berarti kehamilan harus diakhiri,” tutur dr. Ali lagi.

Yang penting menurut dr. Ali, jangan sekali-kali menganggap sepele bila terjadi perdarahan. “Begitu ada vlek-vlek, segera ke rumah sakit terdekat. Biasanya, yang terjadi adalah dua kemungkinan di atas, yakni abortus imminens yang tidak wajib dirawat atau abortus inkomplet yang harus dikuret,” sambung dr. Ali.

Cari dulu penyebabnya

Sebenarnya, ada berbagai penyebab terjadinya keguguran (simak boks “ Banyak juga Faktor Penyebabnya”). Meski begitu, d ari data penelitian keguguran trimester pertama yang pernah dilakukan di RSUPN Cipto Mangunkusumo tahun 1997 menyebutkan, hampir 60% keguguran disebabkan kelainan kromosom. “Faktor ini termasuk seleksi alam. Konsepsi tidak berkembang menjadi bayi, malah keluar dengan sendirinya. Kalaupun bertahan, si kecil akan lahir cacat, seperti menderita sindroma Down,” kata dr. Ali.

Masih ada penyebab keguguran lainnya, seperti faktor ibu. Ini termasuk infeksi yang dideritanya, kondisi hormonal, atau kelainan rahim. Bagaimana dengan faktor ayah? “Ada, walau tidak besar persentasenya, seperti akibat kualitas spermanya yang kurang baik, ” sambung dr. Ali.

Mencari tahu penyebab pasti keguguranadalah hal penting. “Sebab, dari situ baru diperbaiki atau diobati sampai tuntas. Kalau penyebabnya miom atau tumor jaringan otot, ya, diangkat. Bila kelainan bentuk rahim yang jadi ‘biang keladi’, bila mungkin diperbaiki dulu. Sebagai catatan, sekitar 25% keguguran tidak diketahui sebabnya. Diduga, hal ini antara lain berkaitan dengan faktor imunologi,” katanya.

Dr. Ali melanjutkan, “Bila keguguran yang Anda alami berulang, yakni sampai dua kali berturut-turut, yang harus diwaspadai adalah faktor trombosis (pembekuan darah). Selain itu, perlu diwaspadai pula apakah ada masalah pembuluh darah. Misalnya, jadi lebih kaku, sehingga aliran darah ke rahim berkurang, dan pada akhirnya tumbuh kembang janin jadi terganggu.”

Kapan boleh hamil lagi?

Pertanyaan tentang kapan timing yang tepat untuk hamil lagi memang sering muncul. Menurut dr. Ali, ada beberapa hal yang harus dipertimbangkan setiap individu. “Misalnya, kasus keguguran yang dulu itu hamil pertama atau bukan? Penyebabnya apa? Umur Anda sekarang berapa? Kondisi Anda bagaimana? Kalau semuanya normal-normal saja, sekitar 2-3 bulan setelah menstruasi, Anda boleh hamil lagi,” katanya.

Kondisi seperti apa, sih , yang dianggap tidak normal? “Bila kehamilan lalu merupakan hamil anggur. Masalahnya, keguguran akibat hamil anggur berpotensi untuk jadi penyakit trofoblas ganas. Yaitu, semacam tumor dalam rahim yang terbentuk dari jaringan sel-sel bagian luar pada awal terbentuknya janin, dan bisa menyebar sampai ke paru-paru, otak atau hati, ” ujar dr. Ali. Pada kondisi ini, diperlukan treatment sekitar 6 bulan ( silakan baca artikel tentang hamil anggur pada edisi ini ). “Kalau tidak ada tanda-tanda keganasan pada trofoblas, barulah Anda boleh hamil lagi,” lanjutnya.

Emosi perlu ‘ditata’

Selain fisik, kondisi psikis Anda juga perlu mendapat perhatian serius. Umumnya, rasa bersalah terus mendera karena Anda merasa tidak dapat menjaga janin dengan baik. “Pandangan orang lain terhadap Anda juga sudah berubah, karena sudah menganggap Anda sebagai calon ibu. Perubahan lingkungan, perubahan sikap sebagai calon ibu (misalnya, sudah mengubah gaya hidup), serta persiapan untuk menantikan hadirnya si buah cinta, sangat mempengaruhi rasa sedih Anda,” kata Fivi Nurwianti, SPsi., MSi. , staf pengajar Psikologi Klinis, Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, Depok.

Fivi menambahkan, “ Secara emosi, lama tidaknya perasaan sedih dan kehilangan tergantung pada berapa lama dan berapa besar rasa kepemilikan Anda terhadap janin yang sempat dikandung. Rasa bersalah Anda untuk keguguran berulang bisa jadi lebih besar lagi. Karena, bukankah Anda sudah menuruti anjuran dokter dan mencoba menjaga diri sebaik-baiknya, tapi masih keguguran juga? Belum lagi, lingkungan menganggap Anda tidak bisa menjaga kedua kehamilan dengan baik. Sementara jika keguguran terjadi pada calon anak kedua, rasa bersalah yang muncul mungkin karena tidak bisa memberikan adik pada anak pertama.”

Kalau begitu, bagaimana cara Anda mengatasi rasa sedih atau kehilangan agar tidak berkepanjangan? “Lagi-lagi ini tergantung pada perasaan Anda sendiri. Meski begitu, suami dan lingkungan juga punya peran besar dalam mempercepat upaya dalam mengatasi masalah. Akan lebih baik lagi, bila suami tidak melulu memberi saran dan nasihat saja, tetapi juga ikut membantu mengurangi beban kerja secara nyata, seperti merapikan rumah atau mencuci baju,” katanya.

Fivi mengingatkan, setelah kondisi fisik dan psikis Anda kembali normal, Anda bersama suami tercinta perlu menyusun strategi baru dalam mempersiapkan kehamilan berikut. Jangan takut, kemungkinan untuk hamil lagi. Sesungguhnya, kemungkinan Anda melahirkan bayi yang sehat masih terbuka lebar.(ayahbunda-online.com)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar