Cermat Mengonsumsi Sodium



Walau tidak perlu dibatasi secara ketat, konsumsi sodium tetap tidak boleh berlebihan.

Mungkin, nama mineral ini terdengar asing di telinga Anda. Namun, bila disebut kata garam, siapa, sih, yang tidak kenal? Nah, sodium adalah salah satu zat penyusun garam meja atau garam dapur (NaCl), yaitu sekitar 40%-nya. Itu sebabnya, garam adalah sumber utama mineral yang punya nama lain Natrium (Na).

Kebutuhannya meningkat

Sebenarnya, sodium adalah komponen utama dalam darah dan cairan tubuh. Perannya, yang biasanya dilakukan bersama-sama dengan potasium (kalium), adalah mengatur keseimbangan elektrolit (keseimbangan asam basa) dalam cairan tubuh. Kondisi ini penting, karena membuat berbagai proses metabolisme di dalam tubuh berjalan lancar. Juga, keduanya berperan dalam proses penghantaran “pesan” dari reseptor (alat indera) ke otak, dan sebaliknya.

Seiring dengan meningkatnya volume cairan tubuh selama hamil, yaitu antara 25-40%, kebutuhan sodium pun sedikit meningkat. Menurut United States Department of Agriculture (USDA), rata-rata kebutuhan sodium ibu hamil sekitar 2400 mg garam dalam sehari. Ini, kira-kira setara dengan satu sendok teh.

Dari mana sodium bisa peroleh? Kebutuhan mineral ini dapat dipenuhi dari berbagai makanan, seperti daging, susu, hasil laut, buah-buahan, dan sayur. Jadi, tidak perlu sengaja menambahkan garam ke dalam makanan. Kenapa begitu?

Umumnya, konsumsi garam Anda dalam sehari sudah lebih dari cukup, sekitar 4000-8000 mg. Karena, sodium juga terdapat dalam penyedap makanan (misalnya vetsin), kecap, aneka saus, bahan pengembang kue, dan bahan tambahan makanan lainnya.

Pandai-pandai atur strategi

Selama ini, konsumsi garam yang berlebihan dianggap menyebabkan terjadinya edema (akumulasi cairan atau bengkak), misalnya di kaki. Padahal, selain peningkatan volume darah, ini terjadi akibat peningkatan produksi hormon estrogen, yang notabene meningkatkan kemampuan sel-sel dalam menyerap air.

Sebenarnya, edema selama hamil tidak berbahaya, kecuali disertai meningginya tekanan darah atau meningkatnya kadar protein dalam urin. Kondisi yang dikenal sebagai preeklamsia ini bisa berbahaya bagi Anda dan janin.

Sejauh ini belum ada penelitian yang menyatakan, membatasi konsumsi garam dapat mencegah terjadinya tekanan darah tinggi. Makanya, Anda tidak perlu terlau ketat menjaga asupan garam. Apalagi, aktivitas hormon progesteron menyebabkan meningkatnya kadar sodium dalam urin. Ini berarti, banyak sodium yang akan hilang dari tubuh.

Membatasi asupan sodium secara ketat memang tidak baik, karena memicu terjadinya ketidakseimbangan elektrolit cairan tubuh. Kekurangan sodium bisa jadi membuat Anda kram otot, lesu, atau hilang selera makan. Jika dokter menyarankan Anda berdiet rendah garam, cari tahu dulu dengan pasti batasan-batasannya. Tanyakan, apakah Anda perlu mengonsumsi larutan elektrolit tertentu.

Dewi Handajani
Konsultasi ilmiah: dr. Sri Sukmaniah, MS, Bagian Ilmu Gizi, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar