Biosensor, “Susuk” Ilmiah Abad 21



Berkat data dari “susuk” berupa chip komputer yang ditanam ke dalam tubuh, pemeriksaan dan pengobatan jadi mudah dan cepat. Teknologi yang dinamakan biosensor ini sudah mulai diterapkan di Amerika.

Di klinik masa depan, tentunya kalau dikelola oleh manajemen yang tidak gagap teknologi, proses penanganan pasien bisa jadi akan berbeda. Kita mungkin tak perlu lama-lama menunggu, dan membaca tumpukan majalah usang saat mengantri di ruang praktek dokter. Chip komputer yang disisipkan – sebagaimana susuk- di tubuh pasien akan mempercepat semua proses.

Sumber informasi

Kedengarannya memang agak mengerikan. Ada benda asing masuk tubuh Anda seperti susuk. Tapi tidak seperti jimat yang konon bisa bikin sakti atau seksi itu, chip dapat menangkap informasi penting dari tubuh Anda. Misalnya adanya virus atau infeksi. Atau, lebih dahsyat lagi, chip itu akan mengirim obat langsung ke aliran darah Anda. Semuanya ini mungkin sekali akan terjadi pada saat anak balita Anda memasuki usia siap masuk kuliah di masa mendatang.

Asal tahu saja, pada saat ini sebenarnya teknologi biosensor sudah mulai merebak di dunia kedokteran di Amerika. Biosensor eksternal sudah dipakai di negara maju di ruang gawat darurat sebagai unit diagnostik point-of-care . Contohnya adalah chip yang dibuat i-Stat , yang sering dijuluki “lab dalam chip”. Benda ini dapat dengan sangat cepat menginformasikan apakah seorang pasien terkena serangan jantung dengan cara mengetes darah.

Perusahaan lain, seperti MicroChips , sudah mulai mengembangkan biosensor yang dapat ditanam dalam tubuh untuk mengawasi tingkat glukosa pada darah dan juga untuk mengirim insulin. Digital Angel , perusahaan lain, sudah mulai merancang sebuah penggabungan biosensor eksternal buatannya dengan buatan VeriChip , perusahaan yang membuat mikroprosesor yang dapat ditanam ke tubuh manusia.

‘Dokter’ dalam daging

Jika laju perkembangan teknologi dekade ini terus berlanjut, MicroChips , seperti dituturkan presiden direkturnya John Santini , dalam sepuluh tahun setelah itu teknologi ini akan berkembang menjadi “dokter-dalam-daging”. Dengan kata lain, chip yang ditanam pada tubuh manusia akan mampu mendiagnosa dan ‘merawat’ pasien seperti yang layaknya dilakukan oleh para dokter.

Boleh dibilang, teknologi ini sudah diterapkan dalam konteks kebijakan keamanan pemerintah Amerika Serikat. Menurut beberapa laporan, negeri Paman Sam telah menerapkan teknologi ini untuk mendapat peringatan dini soal terorisme yang menggunakan senjata biologi macam kuman Anthrax (penyakit sapi gila). Caranya, dengan menanam biosensor pada stasiun milik pemerintah yang memonitor soal-soal lingkungan hidup.

Biosensor dalam alat tersebut tentu saja bisa menjadi bagian dari seragam atau perlengkapan angkatan bersenjata. Atau, bisa juga dipasang di kantor atau perumahan seperti detektor asap yang kini sudah lumrah itu. Terlepas dari aplikasi di bidang militer dan teknologi, pada akhirnya kegunaan utama bionsensor tetap akan ada di dunia medis untuk mendeteksi penyakit, dari mulai flu sampai kanker .

Jati Hidayat
PC Magazine

Tidak ada komentar:

Posting Komentar